Rabu, 18 Desember 2013

Jangan Jadi Budak Wingchun.

Oleh: Ong Wen Ming

Menjadi budak kita tidak punya kebebasan. Semua diatur, dikekang dan dipaksa oleh majikan tanpa boleh bertanya, membantah atau memprotes karena ada hukuman jika melanggar semua peraturan dan perintah. Banyak praktisi wingchun sekarang ini juga kurang lebih telah seperti menjadi budak wingchun. Terutama yang dari "lineage" asli. grandmaster yang terkenal. Mereka berusaha untuk mematuhi teori, tekhnik dan gaya dari lineage tersebut tanpa menyelidiki alasan alasan kenapa hal tersebut dilakukan. Bagi mereka jika mereka tidak sama dengan aslinya maka dianggap tidak benar bahkan takut dianggap palsu.

Bertanyapun takut dianggap tidak hormat kepada guru atau takut dianggap tidak percaya dengan ajaran guru. Padahal untuk mengetahui guru tersebut bagus atau tidak dari cara dan penjelasan guru tersebut terhadap suatu hal di wingchun. Penjelasan seharusnya se sederhana mungkin tetapi harus sejelas mungkin dan cukup detil jika diperlukan.

Dari tradisi lama seorang murid tidak perlu banyak bertanya. Cukup kerjakan perintah guru saja. Hal ini bisa di maklumi karena adanya tradisi, etika dan norma untuk menguji niat, kepatuhan dan kesetian murid terhadap gurunya. Tetapi di jaman modern ini telah berubah. Orang berkompetisi dengan waktu. Semakin sedikit waktu dan komitmen berlatih karena banyak hal dan prioritas hidup yang harus didahulukan. Guru tidak bisa seperti jaman dahulu karena bisa hampir dipastikan tidak akan punya murid. Guru dan perguruan juga saling bersaing. Murid punya kebebasan memilih macam macam perguruan dan aliran beladiri. Maka dari itu seorang guru yang baik harus bisa menjelaskan secara simple dan langsung makna dari prinsip, konsep, teori, tekhnik dan bahkan gaya khas seorang grandmaster. Kenapa, apa, kapan dan bagaimana hal tersebut bisa dilakukan dan terjadi demikian.

Praktisi wingchun harus bisa membebaskan pikiran mereka terhadap belenggu wingchun. Merdeka dan mandiri karena memahami baik prinsip dan konsepnya. Bukan karena menghafal tekhnik, jurus dan sekedar meniru gaya tokoh tertentu. Tekhnik tekhnik di wingchun adalah manifestasi dari pemahaman prinsip dan konsep wingchun.

Sering saya lihat banyak guru dan perguruan wingchun di Indonesia belakangan ini berusaha untuk mengusung dan memakai nama tokoh wingchun ternama di wingchunnya. Juga berusaha untuk memproleh sertifikat dan lineage yang jelas. Hal ini sangat baik dan positif secara keilmuan dan garis keturunan karena bisa di pertanggung jawabkan. Tetapi saya khawatir hal ini bisa juga menimbulkan perbudakan wingchun. Jika kamu tidak punya lineage jelas berarti wingchunmu palsu. Jika kamu tidak melakukan seperti guru wingchun yang terkenal berarti wingchunmu salah. Jika gayamu tidak seperti grandmaster tertentu maka kamu bukan praktisi wingchun...dll. Hal lain yang juga membuat khawatir adalah ketidak percayaan diri. Tidak percaya terhadap kungfunya sehingga harus mendompleng nama besar orang lain. Hal ini kadang kadang saya jumpai. Seorang praktisi wingchun yang mengaku dari lineage grandmaster yang hebat dan terkenal. Sudah berlatih lama bertahun tahun. Tetapi saat kami "bermain" saya tahu bahwa kungfunya masih belum cukup untuk mewakili nama besar lineage grandmaster tersebut.

Kesimpulan : Menguasai wingchun kungfu adalah juga menguasai dan memahami prinsip dan konsep wingchun dengan cara logis, ilmiah dan praktis. Tidak membabi buta meniru dan melakukan tekhnik wingchun. Berusaha melakukan gerakan jurus dan tekhnik wingchun semurni mungkin adalah tidak mungkin dalam suatu pertarungan bebas. Yang lebih masuk akal adalah bergerak secara bebas, langsung, spontan dan se efesien mungkin. Jangan berpikir mau pakai jurus apa, gerakannya sudah kayak Ip Man atau Wong shun leung apa belum. Bebaskan pikiran. Alami. Spontan dan percaya sama latihan kalian selama ini. MERRDEKAAA......
4Unlike ·  · 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar